Jarak…apa itu jarak?
Maksudku bukan ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat menurut KBBI tapi, jarak adalah desa kecil yang membuatku jatuh cinta dan tak ingin pergi. Jarak terletak di kecamatan wonosalam kabupaten Jombang provinsi Jawa Timur.
Bukan hanya keadaan alamnya yang membuatku jatuh cinta, tapi juga masyarakatnya, lingkungannya dan setiap kisahnya. 3 tahun yg lalu waktu pertama kali menginjakkan kaki di tanah wonosalam bagiku biasa saja, tak ada hal yang istimewa yang membuatku jatuh cinta seperti sekarang ini.
Jika kamu berpikir kenapa tak ada yg istimewa, mungkin bisa kuceritakan lain kali. Kali ini aku hanya ingin menceritakan kecintaan ku saja.
Saat itu, disalah satu sudut desa diantara ramainya perkampungan. sayup kudengar suara lantunan indah puji2an untuk Allah SWT dan kekasihNya. Memang lama tak pernah kudengar hal begitu semenjak aku tak lagi ada ditanah kelahiran ku Palangkaraya. Tak terasa menetes airmata ini, entah sudah berapa lama waktu yang kubuang sia2. Aku memang tinggal didesa jarak, tapi aku tak seperti warga kampung pada umumnya. Karena aku tak suka kumpul2 hanya sekedar membicarakan hal yang ku anggap tak perlu dan bukan urusanku bahasa kerennya ghibah. Aku tak bilang mereka salah, hanya aku yang kurang suka. Karena dari kecil aku terbiasa hidup dikota, mungkin sifat kecuekanku tentang hidup orang lain terbawa sampai sekarang. Waktuku kuhabiskan untuk mengajar disekolah, setelah pulang jika tak beres-beres rumah, aku lebih suka berlama2 dikamarku. Mungkin karena begitu kadang ada saja omongan yang tak menyenangkan sampai di telingaku, andai mereka tau kenapa aku begitu mungkin perasangka mereka tak pernah ada. Tapi ya sudahlah…
Kembali lagi ke ceritaku, dari pertama kali ku dengar sayup2 suara itu dengan semangat aku mulai bertanya2 dan mencari informasi tentang apa, siapa, bagaimana, dan sebagainya perihal suara dan aktivitas “mereka”. Ya karena pada saat itu aku tak paham jika didekat rumahku sesuatu telah terjadi dan luput dari pantauanku.
Cukup lama informasi itu aku dapat, hingga akhirnya aku menemukan satu hal baik bahwa disurau kecil dekat rumahku sering diadakan ngaji bersama. Heeeyy, jadi kemana aja selama ini wahai diri???
Dengan perasaan malu dan penuh harap aku mencoba untuk bersilaturahmi dengan perempuan baik hati yang usianya terpaut tak jauh dibawah ku… Ustadzah ifa, begitu sering aku memanggilnya. Ia juga salah satu guru mengaji di surau itu. Ustadzah ifa pribadi juga ternyata berada dibawah naungan lembaga Yatim Mandiri yang bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan. Dan kalian tau, semua yang sudah diatur oleh-Nya tak pernah buruk dan mengecewakan. Alhamdulillah…
Aku, memberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku belajar banyak hal dengannya, tentang agama dan semua ketentuannya. Dengan santun ia mengajak ku untuk rutin ikut di pengajian mereka. Tentu saja semua yang sudah ditakdirkan Allah menjadi bagian dari perjalanan hidup kita tak mungkin bisa meleset begitu saja.
Disurau kecil itu aku mulai belajar segalanya, dari hal yang tak kutahu menjadi tau. Yang tak pernah kukenal menjadi kenal. Dan benar saja perihal yang pernah kubaca bahwa “Jika bukan karena Guruku, aku tak mungkin mengenal Tuhanku”. Begitu kira2….
Semenjak itu, di awal tahun 2020 ini aku makin jatuh hati dengan Jarak ku. Karena darinya aku makin mengenal guru-guruku dan Tuhanku. Disurau itu, tempatku menambah rasa cintaku tak ingin sekalipun kutinggalkan. Disurau itu mengingatkanku kampung halamanku yang sarat akan kereligiusannya. Meskipun jauh dilubuk hatiku sebenernya aku ingin kembali ke tanah kelahiranku. Tapi perlahan Allah menambatkan hatiku didesa ini.
Aku yakin, Allah tau yang terbaik buatku karena ia sebaik-baiknya sutradara dan penulis skenario. Bagaimana nanti, kupasrahkan padaNya yang mengatur hidupku.
Jarak, 3 Juli 2020