Pemberi Tanpa Nama

Sudah 2 bulan terakhir ini, ada seseorang yang dengan sengaja meletakkan bunga di meja kerjaku.

Bunga mawar merah muda yang masih segar, kadang juga yang plastik. Aku tak pernah tau siapa yang sudah baik hati memberi bunga itu. Sebagian bahkan sampai layu dan terbuang.

Sekarang, sudah bertumpuk bunga itu di mejaku. Teman-teman kadang menggodaku dengan mengatakan bahwa bunga itu berasal dari penunggu sekolah tempat ku mengajar, mereka pun tak tau siapa pemberi bunga itu.

Sebagai seorang wanita, sudah pasti senang dengan bunga. Tapi jika terus menerus aku khawatir hal itu merepotkan si pemberi bunga.

Aku berharap suatu hari nanti, aku bisa tau siapa orang yang selalu menyempatkan menyediakan bunga itu di mejaku.

Aku tak ingin berprasangka apapun kepada si pemberi bunga, aku hanya ingin berterima kasih dan membalas kebaikan anda dengan doa.

Hai, pemberi bunga tanpa nama. Belum cukupkah semua bunga ini untukku?

Kumpulan bunga tak bertuan yang selalu ada di mejaku.

Sesak

Pagi ini ketika rasa sesak hadir di dalam dada cepat ku ambil oksigen kecil di dalam tas kerjaku, berharap itu akan membantu agar sedikit lega. Setelah kuhirup dalam-dalam dan berusaha untuk tenang, ternyata belum cukup membantu. sesak ini beda dari biasanya.

Kuingat-ingat lagi apa yang membuat sesakku kambuh, kurasa hari ini tak terlalu dingin. Dan meja kerjaku bersih dari debu, aku juga sudah beberapa hari terakhir tidak menyentuh minuman dingin. Entah apa yang membuat sesak ini merayuku, seingatku sudah hampir sebulan ia tak kambuh.

Air putih hangat menjadi pilihanku pagi ini, karena biasanya aku lebih senang menyeruput kopi sebelum memulai daring dikelas onlineku. Aku tertunduk dimeja kerjaku sambil menahan sesak yang pelan-pelan kunikmati. Sebentar, sesak ini?!

Bukan, ini bukan sesak nafas yang kurasakan biasanya. Sesak yang membuatku aneh pagi ini. Sesak yang membuatku sedikit lapar. Sesak yang membuatku ingin merajuk pada semua orang yang hadir di kantor. Sesak yang membuatku mendamba sesuatu. Rasa sesak ini mungkin semacam, Rindu?

Seperti waktu senja yang bersiap menyambut malam, seperti daun dipinggir jalan yang penuh debu seakan berharap disiram air, dan seperti daun kering di ranting pohon yang siap jatuh menunggu angin bertiup. Mungkin begitu gambaran sesak yang kurasakan jika disamakan dengan syair puitis yang kadang ku baca.

Jika benar ini rindu, Maukah ku bagi rasa sesak ini untukmu? Karena sebenarnya aku pun tak tau rindu ini milik siapa…

~Ratih~

Ikatan Kata dan Ikatan rasa.

Menulis, kegiatan yang menjadi penghilang penat ditengah ke sok sibukan ku di tiap hari. Aku termasuk orang yang Moody, kadang apa yang kupikirkan hanya cukup ku kerjakan sendiri atau ku batin tanpa harus kuutarakan dulu dengan banyak orang. Dan kadang juga bisa jadi orang yang repot nya ga ketolongan harus melibatkan banyak orang untuk bergabung merealisasikan inginku. Itulah kenapa menulis sangat berpengaruh untuk merefresh isi otakku.

Biasanya aku hanya menulis di buku harianku, semua hal yang terjadi yang kurasakan dan kupikirkan. Baru dibeberapa bulan terakhir ini tepatnya selama pandemi Corona ada beberapa teman mengenalkan ku pada aplikasi WordPress yang menjadi wadah untuk membantuku menulis.

Bagiku menulis adalah curhatan hati. Senang, sedih, kalut dan semua hal yang kurasakan. Hanya saja terkadang keinginan menulis ku terhalang oleh rasa malas. Hehe, begitulah manusia tidak lepas dari salah dan khilaf.

Aku, belum terlalu paham dengan aplikasi WP yang sedang kupakai sekarang, maklumlah aplikasi ini tergolong baru buatku. Jadi masih banyak kekurangan dan bingung yang membuat perasaan malas ku sedikit bertambah.

Sampai akhirnya, tak sengaja aku membuka postingan di beranda WordPress ku ada komunitas yang menarik perhatian ku saat itu. Komunitas para penulis yang ingin sekali ku ikuti. Komunitas itu bernama IKATAN KATA, semua anggotanya terdiri dari berbagai daerah. Menyenangkan bergabung dan berkumpul dengan orang baru yang sangat memotivasi. Orang-orang hebat yang bergabung di satu komunitas, luar biasa. Lain kali akan ku perkenalkan mereka satu-persatu teman.

Mereka penulis-penulis hebat menurutku, senang bisa berteman dengan mereka dan mendapat banyak wawasan dan pengetahuan baru. Semoga setelah banyak belajar dari mereka aku bisa lebih giat lagi untuk menulis dan lebih paham tentang tulisan. Tertarik ingin tau tentang komunitas dan ingin tau siapa mereka bisa ikuti tautan ini https://ikatankata.home.blog/join-us/

Berbagi sembako untuk satu keluarga yang semuanya berusia senja.

Selasa, 25 Agustus 2020 sepertinya menjadi hari yang akan kuingat sepanjang hayat ku. Bagai di hujam kayu tajam, hati ini rasanya perih, pilu, sedih bercampur menjadi satu. Ada air mata yang tak sanggup menetes melihat sebuah keluarga yang semuanya berusia senja hidup dengan penuh keterbatasan dan kekurangan.

Disaat semua orang mengeluh, dengan keadaannya sekarang. Padahal jelas masih sehat dan sanggup untuk bekerja dan berusaha. Ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari para orangtua yang menikmati dan mensyukuri kehidupannya tanpa keluh kesah.

Ya, Mereka adalah Mbah Rebo seorang kakek yang sudah sangat tua dengan kisaran umur 100 lebih, yang hanya bisa berbaring disebuah kamar kecil dengan ranjang tua tanpa kasur dan hanya berpakaian sarung lusuh dan berbalut kain yang menutupi tubuhnya. Kamar tak terurus yang bercampur dengan ayam-ayam peliharaan mereka yang membuat ruangan itu memiliki wangi yang kurang sedap. Juga, kedua anaknya yang sudah berusia senja yang mengaku lahir di tahun 1965 begitupun saudaranya yang mempunyai kelainan fisik namun masih bisa berkomunikasi secara baik.

Bayangkan saja, bagaimana hati tak miris jika mereka hidup bercampur dengan ayam-ayam yang dibiarkan berkeliaran didalam rumah bahkan kandangnya pun berada didalam rumah. Dalam usia senja itu harusnya mereka bisa hidup lebih layak dan sehat. Dengan keterbatasan komunikasi, penulis tak tau apakah mereka mempunyai saudara atau kerabat lain.

Dengan adanya bantuan paket sembako mereka sangat senang, dan penulis rasa sangat tepat sasaran karena memang keluarga seperti merekalah yang patut dibantu, keluarga yang tak berpenghasilan dan semua anggota keluarga berusia senja. Sungguh, memilukan memang tapi dibalik itu semua ada senyum bahagia yang memancar dari mereka, ada rasa ikhlas dan sabar yang tergambar dari mata tua mereka.

Penulis harap, dengan adanya tulisan ini bisa menjadi perhatian kepada pemerintah setempat untuk bisa lebih memperhatikan lagi warganya yang berada dibawah garis kemiskinan. Dan tak lupa juga terimakasih banyak untuk Yayasan Yatim Mandiri Jombang yang telah membantu keluarga-keluarga yang memang sangat membutuhkan uluran tangan.

Mbah Rebo dan anak perempuannya yang semua sudah berusia senja.

Wisata Bukit Gandrung

Tinggi dan indah, mungkin kata itu yang bisa mencerminkan pemandangan disekitar tempat Wisata Bukit Gandrung.

Wisata Bukit Gandrung berada di desa medowo, kabupaten kediri. Posisinya berada dipuncak Bukit Gandrung, sangat menyegarkan mata karena kita bisa melihat keindahan sekelilingnya dari puncak.

WBG, menawarkan pemandangan asri bukit2 kecil juga sawah yang terhampar dan kebun2 penduduk dari atas bukitnya. Disana tersedia kolam renang yang nantinya bisa dipakai oleh pengunjung untuk bersantai atau sekedar ingin bersuka cita dengan keluarga.

Apabila ingin kesana, kita hanya diminta untuk bayar parkir dan tiket sebesar Rp. 6000,- sudah bisa menikmati indahnya pemandangan alm sekitar bukit dan juga sepuasnya berselfie dan foto2 cantik. Cobalah sesekali luangkan waktu kemari bersama keluarga tercinta.

Mau belajar atau jalan-jalan?

Rabu, 29 juli 2020 bertempat di De’ durian Park Wonosalam diadakan bincang santai antara para penjual, pengepul, pembibit, dan petani Duren diwonosalam.

Saya dan rekan2 juga antusias mengikuti acara tersebut, bukan hanya untuk belajar tapi juga sekalian jalan-jalan. Kenapa jalan2??

Ya, karena tempat yang kami Datangi kali ini adalah salah satu tempat wisata edukasi yang baru saja dibuka di daerah wonosalam. Bagaimana kami bisa kami melewatkan kesempatan ini.

De Durian Park Wonosalam

Pertemuan dihadiri oleh, pemilik De’duren park, pakar2 peneliti tumbuhan dan juga para pebisnis duren daerah wonosalam. Pertemuan kali ini saya rasa sebagai penulis merupakan awal pertemuan yg bagus untuk dikoordinasikan ke pertemuan selanjutnya sebagai pengembangan dari bincang hari ini. Dan ku harap semua pebisnis duren khususnya daerah wonosalam bisa lebih maju dari sebelumnya.

Kamu, yakin ga mau seperti ku?? Belajar sambil jalan-jalan?

Bincang santai

Explorer wonosalam

Wonosalam, 26 Juli 2020

Mendaki… Kegiatan menyenangkan yang sudah lama tak lagi kulakukan. Dan hari ini minggu, 26 juli 2020 adalah hari yang kutunggu sejak seminggu ini. Ya, rencananya kami akan ikut mendaki ke grojogan asmoro, jarak kebon wonosalam.

Minggu pagi, tepat pukul 08.00 WIB semua orang yang ingin ikut kegiatan ini berkumpul dipertigaan jarak tegal, desa jarak. Semua terlihat senang dan antusias dalam mengikuti acara ini.

Saya kesana tak sendiri, karena ditemani dengan rombongan grup dari blogger community jarak. Semua sudah berkumpul dengan penuh semngat.

Setelah semua berkumpul, maka kami pun diajak untuk menuju ke titik kumpul pendakian. Setelah masing2 rombongan memarkir kendaraannya dengan rapi barulah pendakian dimulai.

Semua mulai mendaki dengan rombongannya masing2, karena pendakian juga tak begitu melelahkan dikarenakan semua yang ikut melakukan pendakian dengan senang hati.

Namun sayangnya, ditengah perjalanan ada Teman rombongan kami yang merasa kelelahan. Sehingga kami harus menghentikan perjalanan karena ada teman kami yang tidak sanggup meneruskan perjalanan karena faktor lelah dan sedang tidak fit.

Dia, Senja…

Dia datang tak berkabar, tapi kehadirannya orang tau. Dia pergi tak berpamitan, tapi kehilangannya pun orang tau.

Dia tak meninggalkan jejak, tak memberikan aroma, tak menyisakan bekas dan tanpa suara.

Tapi kadang hangatnya masih terasa diujung kulit. Semburat warnanya pun tergambar disudut mata. Tapi tak tersentuh oleh tangan lemah ini yang mendamba ingin menggapainya.

Kurasakan ada harapan dan doa disetiap hadirnya, ada kata yang tak bisa terucap, ada pilu diujung kalbu.

Jika bisa ingin sekali kugenggam setiap hangatnya, jika boleh ingin ku rengkuh indahnya tapi lagi2 diri ini tak mampu.

Hadirnya ku nanti, hilangnya ku rundungi, dan kembalinya ku pinta. Mungkin dia tau kehadirannya didambakan, tapi ia tak pernah meminta untuk dikagumi.

Andai dia datang lebih lama banyak yang ingin kutitipkan untuk ia sampaikan pada penciptaNya.

Sosoknya selalu indah dalam semburat jingga kemerah2an. Hangatnya menyentuh kalbu pencintanya. Dia senja…

Aku, Dia dan Jarak.

Jarak…apa itu jarak?

Maksudku bukan ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat menurut KBBI tapi, jarak adalah desa kecil yang membuatku jatuh cinta dan tak ingin pergi. Jarak terletak di kecamatan wonosalam kabupaten Jombang provinsi Jawa Timur.

Bukan hanya keadaan alamnya yang membuatku jatuh cinta, tapi juga masyarakatnya, lingkungannya dan setiap kisahnya. 3 tahun yg lalu waktu pertama kali menginjakkan kaki di tanah wonosalam bagiku biasa saja, tak ada hal yang istimewa yang membuatku jatuh cinta seperti sekarang ini.

Jika kamu berpikir kenapa tak ada yg istimewa, mungkin bisa kuceritakan lain kali. Kali ini aku hanya ingin menceritakan kecintaan ku saja.

Saat itu, disalah satu sudut desa diantara ramainya perkampungan. sayup kudengar suara lantunan indah puji2an untuk Allah SWT dan kekasihNya. Memang lama tak pernah kudengar hal begitu semenjak aku tak lagi ada ditanah kelahiran ku Palangkaraya. Tak terasa menetes airmata ini, entah sudah berapa lama waktu yang kubuang sia2. Aku memang tinggal didesa jarak, tapi aku tak seperti warga kampung pada umumnya. Karena aku tak suka kumpul2 hanya sekedar membicarakan hal yang ku anggap tak perlu dan bukan urusanku bahasa kerennya ghibah. Aku tak bilang mereka salah, hanya aku yang kurang suka. Karena dari kecil aku terbiasa hidup dikota, mungkin sifat kecuekanku tentang hidup orang lain terbawa sampai sekarang. Waktuku kuhabiskan untuk mengajar disekolah, setelah pulang jika tak beres-beres rumah, aku lebih suka berlama2 dikamarku. Mungkin karena begitu kadang ada saja omongan yang tak menyenangkan sampai di telingaku, andai mereka tau kenapa aku begitu mungkin perasangka mereka tak pernah ada. Tapi ya sudahlah…

Kembali lagi ke ceritaku, dari pertama kali ku dengar sayup2 suara itu dengan semangat aku mulai bertanya2 dan mencari informasi tentang apa, siapa, bagaimana, dan sebagainya perihal suara dan aktivitas “mereka”. Ya karena pada saat itu aku tak paham jika didekat rumahku sesuatu telah terjadi dan luput dari pantauanku.

Cukup lama informasi itu aku dapat, hingga akhirnya aku menemukan satu hal baik bahwa disurau kecil dekat rumahku sering diadakan ngaji bersama. Heeeyy, jadi kemana aja selama ini wahai diri???

Dengan perasaan malu dan penuh harap aku mencoba untuk bersilaturahmi dengan perempuan baik hati yang usianya terpaut tak jauh dibawah ku… Ustadzah ifa, begitu sering aku memanggilnya. Ia juga salah satu guru mengaji di surau itu. Ustadzah ifa pribadi juga ternyata berada dibawah naungan lembaga Yatim Mandiri yang bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan. Dan kalian tau, semua yang sudah diatur oleh-Nya tak pernah buruk dan mengecewakan. Alhamdulillah…

Aku, memberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku belajar banyak hal dengannya, tentang agama dan semua ketentuannya. Dengan santun ia mengajak ku untuk rutin ikut di pengajian mereka. Tentu saja semua yang sudah ditakdirkan Allah menjadi bagian dari perjalanan hidup kita tak mungkin bisa meleset begitu saja.

Disurau kecil itu aku mulai belajar segalanya, dari hal yang tak kutahu menjadi tau. Yang tak pernah kukenal menjadi kenal. Dan benar saja perihal yang pernah kubaca bahwa “Jika bukan karena Guruku, aku tak mungkin mengenal Tuhanku”. Begitu kira2….

Semenjak itu, di awal tahun 2020 ini aku makin jatuh hati dengan Jarak ku. Karena darinya aku makin mengenal guru-guruku dan Tuhanku. Disurau itu, tempatku menambah rasa cintaku tak ingin sekalipun kutinggalkan. Disurau itu mengingatkanku kampung halamanku yang sarat akan kereligiusannya. Meskipun jauh dilubuk hatiku sebenernya aku ingin kembali ke tanah kelahiranku. Tapi perlahan Allah menambatkan hatiku didesa ini.

Aku yakin, Allah tau yang terbaik buatku karena ia sebaik-baiknya sutradara dan penulis skenario. Bagaimana nanti, kupasrahkan padaNya yang mengatur hidupku.

Jarak, 3 Juli 2020

Tapak kaki

Tak terasa sudah 3 tahun ini, aku berada disini didesa jarak, kecamatan wonosalam kabupaten Jombang. Kadang, aku sendiri tak habis pikir kenapa aku bisa sampai ke bumi wonosalam ini tapi Takdir Tuhan lagi-lagi menyadarkanku.

Aku perempuan asal Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Berdarah Nganjuk dan Dayak Paser. Campuran yang manis bukan? Hidup dan tinggal jauh dari keluarga kandung membuatku banyak sekali merasakan liku-liku kehidupan yang sebenernya. Aku anak perempuan satu2nya dikeluarga ku, dan karena itu yang membuatku lebih manja dari yang lain. Ya, ku akui itu.

Perempuan manja yang tak bisa jauh dari sosok ayah mau tak mau mulai belajar untuk berubah. Perjalanan hidup membuatku harus belajar banyak hal tentang segalanya.

Mungkin lain waktu akan kuceritakan bagaimana bisa aku sampai ditanah jawa dan bagaimana perjalanan hidupku. Sudah pasti ada suka dan duka seperti kisah hidup orang pada umumnya. Tapi mungkin kisahku lebih dramatis dari drama Korea, dan kisah itu sangat berharga buatku. Setidaknya, aku paham bahwa hidup bukan saja tentang diri sendiri tapi juga tentang orang lain dan Sang Pencipta. Jarak, 30 Juni 2020.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai